Sabtu, 14 Januari 2012

Pemelajaran dan Pembelajaran


Kata pemelajaran dan pembelajaran bukanlah kata yang asing di telinga kita. Apalagi bagi kita yang memang masih bersekolah atau berkuliah, pasti tidak asing dengan dua kata tersebut. Namun, ketidakasingan terhadap dua kata tersebut belum tentu membuat kita tahu bagaimana menggunakannya dengan tepat.
Ketidaktepatan itu pulalah yang membuat penulis begitu terheran-heran. Karena dari praktiknya baik dalam bahasa lisan maupun tulisan penggunaan dua kata tersebut ternyata secara beragam diterapkan. Keberagaman penerapannya seperti adanya bentuk pemelajaran matematika dan pembelajaran matematika. Dari google penulis menemukan ada 101.000 tulisan yang menggunakan bentuk pemelajaran matematika, sedangkan tulisan yang menggunakan bentuk pembelajaran matematika ada 3.270.000 tulisan (data tersebut diambil pada tanggal 24 Juli 2011).
Pertanyaannya, apakah dua bentuk tersebut yaitu pemelajaran matematika dan pembelajaran matematika benar? Kalau tidak, mana yang benar?
Baca Selengkapnya....

Untuk mengetahui jawabannya, tentu saja kita harus menganalisis makna dari dua kata tersebut. Atau dalam artian lain menganalisis verba (kata kerja) pembentuknya.
Kita ketahui bahwa bentuk-bentuk peN-an adalah bentuk-bentuk yang diturunkan dari verba meN-, meN-kan, dan meN-i, sedangkan pemer-an adalah bentuk-bentuk yang diturunkan dari verba memper-, memper-kan, dan memper-i. Seperti adanya bentuk pemotongan yang diturunkan dari verba memotong. Yang membuat makna pemotongan pun menjadi proses memotong. Lalu pembenaran, yang diturunkan dari verba membenarkan. Yang membuat makna pembenaran menjadi proses membenarkan. Lalu pemertahanan yang diturunkan dari verba mempertahankan. Yang membuat makna pemertahanan menjadi proses mempertahankan.
Dari uraian tersebut, maka pemelajaran dan pembelajaran bisa kita cari verba penurunnya dan juga maknanya. Pemelajaran yang merupakan hasil dari konfiks pemer-an dan dasar ajar yang fonem /r/-nya berubah menjadi /l/ berasal dari verba mempelajari, sehingga maknanya pun proses mempelajari. Pembelajaran yang merupakan hasil dari konfiks peN-an dan dasar belajar berasal dari verba membelajarkan, sehingga maknanya pun proses membelajarkan. Bila dimasukan pada bentuk pemelajaran matematika dan pembelajaran matematika, bentuk-bentuk tersebut bisa bermakna sebagai berikut: pemelajaran matematika bermakna proses mempelajari matematika, pembelajaran matematika bermakna proses membelajarkan matematika.
Yang menjadi masalahnya sekarang sudah tepatkah makna-makna tersebut? apakah mempelajari dan membelajarkan bisa disandingkan dengan matematika?
Bila dilihat sekilas sepertinya sudah pas. Namun, bila dicermati tentu saja akan menimbulkan ketandatanyaan. Tentu saja ketandatanyaan tersebut tentang pemaknaan dari verba-verba yang menurunkannya.
Verba mempelajari  bisa diartikan “belajar atau mendalami (objek)”. Objek di sini kata yang menjadi objek bagi mempelajari. Misalnya mempelajari Al-Quran, Al-Quran adalah objek yang dimaksud sehingga mempelajari Al-Quran bermakna “belajar atau mendalami Al-Quran”.
 Lalu verba membelajarkan bisa diartikan “menyebabkan sesuatu atau seseorang menjadi belajar” (lihat Alwi et. al., 1998:121). Makna kata membelajarkan sama seperti  menghancurkan dalam kalimat “ia menghancurkan keluargaku”. Kata menghancurkan dalam kalimat tersebut mengandung makna “menyebabkan keluarganya menjadi hancur”. Namun, berbeda dengan membacakan dalam kalimat “ia membacakan puisi itu untuk kekasihnya”. Membacakan dalam kalimat tersebut bukan bermakna “menyebabkan puisi menjadi (di)baca” tetapi bermakna benefaktif yaitu melakukan sesuatu untuk orang lain.  
Maka, bentuk pemelajaran matematika, pembelajaran matematika, sudah mulai jelas ketepatannya. Pemelajaran matematika berarti “proses belajar atau mendalami matematika”. Yang berarti penggunaan kata pemelajaran tepat dalam pemelajaran matematika. Lebih jauhnya bisa kita simpulkan pemelajaran digunakan pada hal-hal yang bisa dipelajarai seperti bahasa, akuntansi, kewarganegaraan. Jadi, adanya bentuk-bentuk lain seperti pemelajaran bahasa, pemelajaran akuntansi, dan pemelajaran kewarganegaraan sudah tepat.
Lalu pembelajaran matematika bermakna “proses yang menyebabkan matematika menjadi belajar” hah... matematika belajar, bukannya matematika dipelajari? Berarti penggunaan pembelajaran matematika tidak tepat. Lebih jauhnya, kita simpulkan pembelajaran digunakan pada hal-hal atau makhluk yang bisa belajar. Jadi, adanya bentuk-bentuk pembelajaran siswa, pembelajaran anak usia dini sudah tepat karena makna dari bentuk-bentuk tersebut adalah “proses yang menyebabkan siswa menjadi belajar” dan “proses yang menyebabkan anak usia dini menjadi belajar”. Sebaliknya adanya bentuk pembelajaran bahasa, pembelajaran akuntansi, dan pembelajaran kewarganegaran tidak tepat. Ketidaktepatan tersebut karena bentuk-bentuk tersebut akan bermakna “proses yang menyebabkan bahasa menjadi belajar”, “proses yang menyebabkan akuntansi menjadi belajar”, dan “proses yang menyebabkan kewarganegaraan menjadi belajar”. Penulis pikir bahasa, akuntansi, kewarganegaraan bukan belajar tetapi dipelajari.
Pemelajar dan pembelajar
Pada umumnya setiap verba diturunkan ke dalam bentuk peN-, pe-, dan pemer-. Seperti adanya bentuk mengajar yang diturunkan ke dalam bentuk pengajar, membawa yang diturunkan ke dalam bentuk pembawa, memperhatikan yang diturunkan ke dalam bentuk pemerhati.
Mempelajari pun diturunkan ke bentuk pemer- dan membelajarkan pun diturunkan ke bentuk peN-. Mempelajari dalam bentuk pemer- menjadi pemelajar, tidak pemerajar karena ajar memang mempunyai kekhususan bisa mengubah /r/ menjadi /l/. Seperti halnya ajar yang dibubuhi ber- tidak menjadi berajar tetapi belajar. Lalu membelajarkan dalam bentuk peN- menjadi pembelajar, tidak pemelajar karena fonem /b/ yang merupakan fonem bersuara bilabial tidak luluh dalam proses morfofonemik.
Jadi, pemelajar berarti “orang yang mempelajari”, pembelajar berarti “orang yang membelajarkan”.
***
Muhamad Patoni.
Artikel ini dimuat di BSO Literat thn. 2011.

3 komentar: